Alga Pereda Hipertensi

Sunday, 6 July 2008

'Kini saya tak khawatir lagi bila ke luar kota,' kata Mariam Fatima. Setahun silam, jangankan bepergian ke luar kota, untuk menjalankan aktivitas sehari-hari saja ia seringkali terganggu rasa pegal, pusing, dan demam yang kerap menghampiri. Penyebabnya, tekanan darah yang mencapai 180/100 mmHg.
Mariam tak menyangka bila gangguan kesehatan itu disebabkan hipertensi alias tekanan darah tinggi. Padahal, ia senantiasa menjaga pola hidup sehat. Menurut Prof Dr dr Syakib Bakri, SpPD-KGH dari Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, pada kondisi normal, hipertensi yang umum menyerang pasien adalah hipertensi primer yang disebabkan faktor keturunan dan lingkungan seperti stres, kegemukan, mengkonsumsi alkohol, dan pola hidup tak sehat. 'Frekuensi terjadinya mencapai 90-95%,' katanya.
Konsumsi garam yang mengandung natrium berlebih turut memicu hipertensi. Natrium mudah mengendap di dinding pembuluh darah. Jika kadar garam yang mengendap semakin banyak, pembuluh darah akan menyempit sehingga kecepatan aliran darah kian meninggi. Hipertensi juga dipicu kadar kolesterol dan lemak jenuh berlebih dalam pembuluh darah yang dapat menyebabkan arteriosklerosis alias pengapuran pembuluh darah.
Masuk angin
Mariam mengira pegal-pegal di bagian tengkuk, pusing, dan demam itu akibat masuk angin. Awal Oktober 2006, gangguan itu terasa hingga sepekan. Kondisi yang kian memburuk itu mendorong Mariam berobat ke dokter Santoso di Kotamadya Bogor. Saat diperiksa dokter, perempuan 46 tahun itu terperanjat karena tekanan darahnya mencapai 180/100 mmHg. 'Biasanya 100/90 mmHg,' katanya.
Oleh dokter, Mariam diberi obat penurun tekanan darah dan 3 jenis obat lain untuk mengatasi gangguan kesehatan. Obat penurun tekanan darah dikonsumsi setiap pagi dan sore masing-masing 1 tablet sesudah makan. Sepekan mengkonsumsi, Mariam malah terserang batuk. Ia pun menghubungi dokter Ludwina, yang berpraktek di Ciputat, Tangerang.
Menurutnya, jenis obat yang dikonsumsi Mariam memang dapat menyebabkan batuk bagi penderita yang tidak cocok. Dokter menyarankan agar Mariam mengkonsumsi obat lain yang tidak berefek samping. Obat itu dikonsumsi 2 kali sehari masing-masing 1 tablet setelah makan.
Untuk mengontrol tekanan darah, Mariam membeli tensimeter, alat pengukur tekanan darah digital. Alat itu dililitkan ke bagian lengan, lalu dipompa. Setelah itu, muncul angka yang menunjukkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Selama pengukuran, tekanan darahnya sekitar 150/100 mmHg. Kalau pun menurun, tidak terlalu signifikan, hanya 140/100 mmHg.
Meski telah mengkonsumsi obat, gangguan seperti pegal di bagian tengkuk dan pinggang yang terasa panas tetap saja menghampiri. 'Kalau tekanan darah sedang naik, berjalan saja sampai terhuyung-huyung. Inginnya tidur terus,' kata ibu 3 anak itu. Bila sudah begitu, 'Saya terpaksa tidak masuk kantor,' ujarnya.
Beruntung di tempat Mariam bekerja, terdapat klinik pengobatan. Ia pun rutin memeriksakan diri. Dokter menyarankan, obat penurun tekanan darah sebaiknya dikonsumsi bila tekanan darah melebihi 140/100 mmHg. Tujuannya untuk menghindari kerja ginjal berlebih. Hal senada dilontarkan dokter Ludwina. Konsumsi obat penurun tekanan darah dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan ginjal.
Cryptomonadales
Mendengar perkataan dokter, Mariam teringat kedua saudaranya yang menderita kerusakan ginjal. 'Saat ini ginjal mereka hanya bekerja 30%,' katanya. Itulah sebabnya ketika suaminya menyodorkan cryptomonadales, ia tak segan mengkonsumsi. Sejak Januari 2007, alumnus Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta itu rutin mengkonsumsi cryptomonadales 2 kali sehari masing-masing 10 tablet setiap pagi sebelum sarapan dan malam menjelang tidur.
Dua bulan mengkonsumsi, gejala seperti pusing, sakit di bagian tengkuk, dan pinggang yang terasa panas itu sirna. Untuk menghindari kerusakan ginjal, Mariam mengurangi konsumsi obat penurun tekanan darah. 'Selama bulan Maret saya hanya mengkonsumsi 1 tablet,' katanya. Awal April 2007, konsumsi obat sama sekali dihentikan. Meski obat tak lagi dikonsumsi, hasil pemeriksaan sepekan lalu tekanan darahnya turun menjadi 130/90 mmHg.
Faedah cryptomonadales tak hanya dirasakan Mariam. Nun di Taiwan, Patty Lo merasakan faedah serupa. Perempuan 51 tahun itu menderita hipertensi sejak 3 tahun silam. Saat diperiksa dokter, tekanan darahnya mencapai 180 mmHg. Biang hipertensi, kadar kolesterol dalam darah yang mencapai 993 mg/dl. Normal kurang dari 200 mg/dl. Setahun lamanya Patty mengkonsumsi obat dokter. Selama itu pula ibu 2 anak itu rutin memeriksakan diri ke dokter. Beragam suplemen pun telah ia coba. Hasilnya, tekanan darah tetap melambung.
Salah seorang rekan Patty memperkenalkan cryptomonadales. Ekstrak alga bersel satu itu dikonsumsi 3 kali sehari masing-masing 20 tablet. Tiga bulan mengkonsumsi, tekanan darah turun menjadi 136 mmHg dan kolesterol 250 mg/dl. Setelah setahun tidak bekerja lantaran sakit, kini ia pun kembali menekuni pekerjaan lamanya sebagai konsultan gizi.
PPARs
Bagaimana duduk perkara cryptomonadales meredakan hipertensi? Menurut Prof Wang Shun Te, sang penemu, cryptomonadales mengandung Peroxisome Proliferator Activated Receptors (PPARs). PPARs faktor transkripsi yang mengatur karbohidrat dan homeostasis lemak. PPARs terdiri dari 3 jenis: PPARa, PPARy, dan PPARd. Yang disebut pertama berperan untuk katabolisme lemak. Kombinasi PPARa dan PPAR?, berefek antiinflamatory alias antipembengkakan, mengatur fungsi endotel vaskuler, dan berefek antihipertensi.
Hasil penelitian Ernesto L Schiffrin MD PhD FRCPC, dari Clinical Research Institute of Montreal, Kanada, menunjukkan, PPARa terbukti ampuh meredakan hipertensi dan memperbaik disfungsi pembuluh darah. Uji dilakukan terhadap mencit Sprague-Dawley. Hewan percobaan itu sebelumnya diinfus 120 nanogram/ kg angiotensi II (Ang II) untuk merangsang pembengkakan dinding pembuluh darah sehingga tekanan darahnya meningkat.
Mencit yang telah menderita hipertensi itu kemudian diberi asupan 2,5 ml ekstrak yang mengandung 40% PPARa selama 7 hari. Hasilnya, tekanan darah mencit yang semula 169-175 mmHg, turun menjadi 108-116 mmHg. Menurut Schifrrin, PPARa bekerja meredakan hipertensi dengan memperbaiki disfungsi endotel, meredakan stres oksidatif, dan pembengkakan dinding pembuluh darah.
PPARy juga berperan menurunkan tekanan darah. Itu dibuktikan Curt D Sigmund PhD, dari Department of Internal Medicine University of Iowa, Amerika Serikat. Uji dilakukan pada mencit yang telah disisipkan gen renin dan angiotensin dari manusia sehingga secara genetik menderita tekanan darah tinggi.
Sukarelawan itu diberi 25 mg/kg PPAR? per hari selama 21 hari. Hasilnya, tekanan darah sistolik mencit yang semula 140-150 mmHg, turun menjadi 119-133 mmHg. PPAR? bekerja menurunkan tekanan darah dengan cara memperbaiki fungsi pembuluh darah.
Cryptomonadales juga ampuh mengurangi risiko hipertensi dengan menekan kadar total kolesterol dan low density lipoprotein (LDL). Keduanya pemicu utama tekanan darah tinggi. Hasil uji klinis pada 30 pasien berkadar kolesterol dan LDL tinggi menunjukkan, setelah mengkonsumsi 30 tablet cryptomonadales selama sebulan, kadar total kolesterol dan LDL pasien menurun 15%. Hasil uji klinis itu bukti sahih, cryptomonadales tak hanya sekadar makanan pelengkap, tetapi juga penyembuh. (Imam Wiguna/ Peliput: Sardi Duryatmo)
Lihat informasi produk Cryptomonadales

0 comments: