dasar kebahagiaan

Saturday, 12 July 2008

Hidup ini penuh lika liku...hidup ini penuh arus
> deras...hidup ini banyak aral rintangan... jika cinta yang
> kita punya tidak kita rawat dengan baik dan hanya
> mementingkan egokita; tuntutan hidup yang terbeban
> kepadakita, perlahan tapi pasti cinta itu akan hambar
> rasanya....
>
>
> Semangkuk Bubur
> Berasnya adalah beras ketan, kualinya adalah kuali tanah
> liat, apinya
> berasal dari batu bara. Tiap hari subuh jam 4.30, pria ini
> menyulut api.
> Dalam kuali diisi air, untuk merendam beras yang telah
> dicuci. Menunggu air
> mendidih, beras dimasukkan. Menggunakan api besar memasak
> selama 10 menit.
> Setelah itu dirubah menjadi api kecil untuk direbus. Pria
> itu di pinggir
> kompor sedang membungkuk, menggunakan gayung mengaduk-aduk
> dengan
> perlahan-lahan.
>
> Setengah jam kemudian, pria tersebut dengan satu tangan
> membawa semangkuk
> bubur putih panas yang masih mengepulkan asapnya, tangan
> yang lain membawa
> sepiring sayur asin yang telah disiram dengan minyak wijen.
> Masuk ke dalam
> kamar tidur, memanggil istrinya untuk bangun.
>
> Wanita itu membalikkan badan, mulutnya menggumamkan sesuatu
> dan tidur lagi.
> Pria itu mendengarkan suara dengkur istrinya yang sedang
> lelap. Dia tidak
> tega untuk memanggil lagi. Duduk dipinggir ranjang,
> mengawasi arloji dan
> melihat ke wajah istrinya , lalu melihat lagi ke arloji.
> Wanita itu
> mendadak meloncat keluar dari ranjang. Melihat arloji,
> tergesa-gesa
> mengenakan pakaian dan turun dari ranjang, sambil berkata
> ?Sudah terlambat,
> mengapa tidak membangunkan saya?? Suaminya menyajikan bubur
> putih dan sayur
> asinnya sambil berkata,?Jangan cemas, masih ada waktu,
> makanlah buburnya
> dulu.?
>
> Buburnya adalah bubur putih polos, tanpa ada tambahan
> daging ayam atau pun
> telur ayam. Bubur semacam ini, menjadi sarapan pagi
> istrinya selama 5
> tahun.
>
> Ketika pria dan wanita ini menikah, tidak ada uang untuk
> pesta perkawinan,
> kedua insan ini hanya meletakkan tikar mereka masing-masing
> menjadi satu.
> Beginilah sudah jadi sekeluarga.
>
> Pada saat malam pengantin, pria ini membawakan semangkuk
> bubur polos.
> Buburnya putih bersih, di bawah sinar lampu memancarkan
> cahaya yang
> berkilau. Pria itu berkata :?Lambungmu tidak baik, banyak
> makan bubur dapat
> menjaga maag.? Dimakanlah bubur itu oleh istri-nya. Aroma
> sedap khas bubur,
> tidak hanya membuat lambungnya hangat, namun juga hatinya.
> Mereka sama-sama bekerja di satu pabrik. Si wanita
> sepanjang tahun bekerja
> di pagi hari, yang pria sepanjang tahun bekerja pada malam
> hari. Setiap jam
> empat subuh sang suami pulang dari kerja. Sedang istrinya
> masuk jam
> setengah enam pagi. Waktu mereka untuk bersama pendek
> sekali hanya sekitar
> 1,5 jam.
>
> Pulang dari kerja, hal pertama yang dikerjakan oleh si pria
> adalah menyulut
> api, mengisi kuali. Pria ini hanya bisa memasak bubur
> polos. Namun
> semangkuk bubur polos ini, ternyata telah memberi gizi
> kepada si wanita
> hingga air mukanya merah, cantik bagaikan bunga.
>
> Suatu hari, pabrik mengalami kerugian dan si pria terkena
> PHK. Akan tetapi
> bagi mereka kehidupan ini masih harus dilanjutkan. Pria ini
> mengeluarkan
> uang tabungannya yang sangat sedikit sedangkan istrinya
> menjual cincin emas
> warisan ibunya. Mengumpulkan uang membuka satu toko
> kelontong. Satu
> mangkuk, satu buah sapu, satu teko air. Keuntungannya
> tidaklah banyak.
> Tetapi si pria ini mengerjakan dengan sepenuh hati. Setelah
> si wanita
> pulang dari kantor, juga membantu mengurusi toko. Ketika
> tidak ada pembeli,
> pria dan wanita ini duduk diantara setumpuk mangkuk, kuali,
> gayung serta
> ember, dengan bahagia mereka berandai-andai tentang masa
> depan.
>
> Si pria berkata:?Setelah ada duit, toko cabang akan saya
> buka dimana-mana. ?
> Istrinya menyahut,?Waktu itu saya juga tidak perlu kerja
> lagi, setiap hari
> di rumah membuat beraneka ragam makanan untukmu.? Pria itu
> berkata,?Mana
> perlu dirimu memasak, ingin makan apa, kita langsung pergi
> ke restoran
> saja.? Dengan manja istrinya bilang,?Tidak, saya selalu
> ingin makan masakan
> bubur polosmu?? Pria ini langsung merangkul pundak si
> wanita, matanya agak
> membasah.
>
> Pria ini masih saja setiap hari bangun dari tidur tepat
> pukul 4.30 subuh,
> menyulut api memasak bubur. Sambil memasak, memikirkan
> dalam toko sedang
> kekurangan barang apa. Kadang kala konsentrasinya terpecah.
> Buburnya hangus
> di dasar kuali, kadang pula jika ia terlalu lelah dan
> mengantuk, buburnya
> meluber keluar dari kuali. Suatu hari istrinya bangun pagi
> hari. Bubur di
> atas kompor sedang mendidih mengeluarkan buih ombak.
> Sedangkan suaminya
> tidur terlelap dengan kepala di topangkan di atas lutut.
> Dengan perlahan
> dan hati-hati si istri memeluk kepala suaminya, hatinya
> merasa sakit
> bagaikan ditarik-tarik.
>
> Sejak saat itu, wanita ini menolak dengan tegas jika
> suaminya ingin
> memasakkan bubur untuk dirinya. Karena ia melihat si suami
> sungguh terlalu
> lelah.
>
> Perdagangan si pria kian hari kian lancar, sampai pada
> tahun ke tujuh,
> supermarket cabangnya sungguh telah buka dimana-mana. Si
> wanita sudah
> mengundurkan diri dari pekerjaannya dan menjadi ibu rumah
> tangga
> sepenuhnya. Mereka telah membeli sebuah rumah besar,
> dapurnya dilengkapi
> dengan sangat indah dan unik, yang kurang hanya bau asap
> api. Karena waktu
> untuk pulang makan si pria ini, semakin lama semakin
> sedikit. Dia selalu
> sibuk, terlalu banyak jamuan makan malam, kadang dalam satu
> malam ia harus
> menghadiri empat jamuan makan malam. Mula-mula wanita ini
> menggerutu, tapi
> si pria bilang,?Bukankah semua ini demi keluarga? Bukankah
> semua ini agar
> kamu bisa hidup lebih nyaman?? Akhir-nya si wanita capai
> sendiri, lambat
> laun juga sudah terbiasa.
>
> Wanita ini sudah sangat lama sekali tidak pernah makan
> bubur polos.
>
> Suatu hari, mendadak pria ini diberitahu agar menghadiri
> pemakaman dari
> seorang temannya. Dia heran, mengapa beberapa hari lalu
> temannya ini masih
> baik-baik saja, hari ini orangnya telah tiada? Di dalam
> rumah duka, dia
> melihat istri temannya ini. Yang dulunya sangat cantik dan
> anggun, dalam
> semalam menjadi pucat, lesu dan tua. Dia menangis
> tersedu-sedu. Dalam
> mulutnya menggumamkan kata-kata:?Siapa yang akanmengantarku
> kerja dan
> menjemputku pulang kerja? Siapa yang akan menalikan sepatu
> untukku ??
>
> Si pria itu merasa sesak nafasnya, terpikirkan akan
> istrinya. Sekilas
> terkenang kebiasaannya dulu di pagi hari, memasakkan bubur
> untuk istrinya,
> terpikir juga olehnya ketika istrinya menerima semangkuk
> bubur polos itu,
> matanya memancarkan sinar kebahagiaan dan kepuasan.
>
> Si pria ini bergegas pulang ke rumah. Membuka pintu,
> melihat istrinya yang
> sedang meringkuk tidur di atas sofa. Televisi masih
> menyala, home theater
> juga masih menyala. Di atas meja ruang tamu berserakan
> penuh dengan
> berbagai jenis majalah mode. Pria ini berlutut di depan
> sofa, tangannya
> dengan perlahan membelai rambut wanita ini. Air muka wanita
> ini suram, di
> dalam kerutan-kerutan halus, wajahnya telah tertulis penuh
> kehampaan.
>
> Dia mengambil selimut untuk menyelimuti wanita ini..
> Mendadak wanita ini
> terjaga dari tidurnya. Melihat si pria, wanita ini
> mengusap-usap matanya.
> Setelah memastikan itu adalah suaminya, raut wajahnya
> segera memerah.
> Wanita ini bergegas untuk berdiri. ?Kamu mungkin belum
> makan, akan saya
> buatkan?.? Si pria tiba-tiba memeluknya dari
> belakang,?Tidak, biarkan saya
> yang memasakkanmu bubur polos.? Hampir setengah hari wanita
> ini tidak
> mengeluarkan sepatah kata. Ada tetesan air mata hangat,
> yang menetes di
> tangan suaminya.
>
> Hari itu, si pria sambil memasak bubur, dia
> berpikir,?Sebenarny a beraneka macam variasi produk bubur,
> tidak bisa me-ninggalkan bubur polos sebagai dasarnya. Dan
> segala kebahagiaan yang ada hanyalah di dasari oleh bubur
> polos, selain itu hanyalah sebagai penyedap.?
>
>
> ---
>
>
> ____________ _________ _________ __

0 comments: