Wednesday 23 July 2008

Suatu pagi Zhi Zhou mendatangi Zun-Nun dan bertanya, "Guru, saya tak
mengerti mengapa guru berpakaian apa adanya, amat sangat sederhana.
Bukankah di masa seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amatlah
penting, bukan hanya untuk penampilan melainkan juga untuk banyak
tujuan lain."

Sang Guru hanya tersenyum. Ia lalu melepaskan cincin dari salah satu
jarinya, lalu berkata, "Zhi Zhou, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi
lebih dahulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah
ke pasar di seberang sana. Bisakah kamu menjualnya seharga satu keping
emas?" Melihat cincin Zun-Nun yang kotor, pemuda tadi merasa ragu,
"Satu keping emas? Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu."

"Cobalah dulu anak muda, Siapa tahu kamu berhasil."

Zhi Zhou pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada
pedagang sayur, penjual daging dan ikan. Ternyata, tak seorang pun
berani membeli seharga satu keping emas. Mereka menawarnya hanya satu
keping perak. Tentu saja, Zhi Zhou tak berani menjualnya dengan harga
satu keping perak.

Ia kembali ke padepokan Zun-Nun dan melapor, "Guru, tak seorang pun
berani menawar lebih dari satu keping perak."

Zun-Nun, sambil tetap tersenyum arif, berkata, "Sekarang pergilah kamu
ke toko emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada pemilik
toko atau tukang emas di sana. Jangan buka harga, dengarkan saja
bagaimana ia memberikan penilaian."

Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang dimaksud. Ia kembali kepada
Zun-Nun dengan raut wajah yang lain. Ia kemudian melapor, "Guru,
ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari
cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga sepuluh keping emas.

Rupanya nilai cincin ini sepuluh kali lebih tinggi daripada yang
ditawarkan kepada para pedagang di pasar."

Zun-Nun tersenyum simpul sambil berujar lirih, "Itulah jawaban atas
pertanyaanmu tadi. Seseorang tak bisa dinilai dari pakaiannya. Hanya
"para pedagang sayur, ikan dan daging di pasar" yang menilai demikian.
Namun tidak bagi "pedagang emas".

"Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa dilihat
dan dinilai jika kita mampu melihat hingga ke kedalaman jiwa.
Diperlukan kearifan untuk menjenguknya, dan itu butuh proses. Kita tak
bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan
lihat sekilas."

****

semoga mata hati kita tetap terjaga tajam dan terbuka, juga waspada
senantiasa terhadap kedalaman hati dan wajah sejati sahabat2 kita.
menjadikan pikiran kita tetap sederhana dan polos. tidak konspiratif
dan berpraduga buruk. tidak juga silau oleh kilap mewah dunia. amin deh.

0 comments: