balita tewas dimakan anjing

Saturday 12 July 2008

Balita Tewas Dimakan Anjing
Kamis 26 Juni 2008, Jam: 6:52:00


JAKARTA (Pos Kota) - Tidak ada lagi canda dan tawa Amelia Handatani. Balita
berusia 18 bulan yang akrab dipanggil Amel, anak pasangan Ny. Susan, 22, dan
Ahmad Junaedi, 27, itu tewas mengerikan. Ia menemui ajal diterkam anjing
majikan ibunya yang bekerja di rumah Jalan Melati, RT 09/010, Kel. Kapuk,
Jakarta Barat, Rabu (25/6) siang.

Amel tewas dalam perjalanan ke RSUD Cengkareng dalam kondisi mengenaskan.
Leher dan kepala balita ini luka menganga akibat gigitan anjing jenis Rott
Weiller milik Ny. Patriacia, 46, majikan Ny. Susan, yang bekerja sebagai
pembantu di rumah tersebut.

Menurut Ny. Susan, ketika menggigit Amel, anjing yang diberi nama Spike itu
tidak mau melepas tubuh balita itu. Ajing ganas ini baru mau melepas
gigitannya setelah dijinakan Kenya Zulian, 18, anak Ny. Patriacia. Amel
ditemukan terkapar di anak tangga loteng rumah tersebut. Akibat gigitan
anjing, darah dari luka membasahi sekujur tubuh korban.

Peristiwa mengerikan yang terjadi di depan matanya itu membuat Ny. Susan
histeris. Wanita beranak dua yang sudah 9 bulan bekerja di rumah Ny.
Patriacia dengan gaji Rp 500 per bulan itu, menjerit memanggil nama anaknya
bungsunya. Nyonya Susan merangkul tubuh Amel yang berlumuran darah. Wanita
pembantu ini tak kuasa menahan tangis.

Dalam waktu singkat, seisi rumah geger. Anjing ganas itu bergegas diamankan
pemiliknya ke kamar. Tetangga yang mengetahui peristiwa sadis berdatangan.
Tak beberapa lama, petugas Polsek Cengkareng datang ke lokasi kejadian.
Nyonya Patriacia dibawa ke kantor polisi. Sedangkan mayat Amel dibawa ke
rumah duka di Jalan Pedongkelan, Cengkareng, Jakarta Barat. " Nyonya Susan
dan suaminya menolak anaknya diotopsi, " kata petugas..

Menghadapi musibah yang menimpa anak pembantunya, Ny. Patriacia, yang saat
kejadian tidak berada di rumah, hanya bisa berdiam diri. Ia tidak menduga
anjing peliharaannya bisa memangsa manusia. Kepada petugas, Ny. Patriacia
menuturkan, anjing itu dibelinya dari kecil di daerah Sunter, Jakarta Utara,
seharga Rp 2,5 juta. Anjing ini sudah 7 tahun bersama keluarga Ny.
Patriacia.

" Dengan kejadian ini, kami sudah tidak mau lagi memelihara Spike.
Sebaiknya, anjing ini disuntik mati saja Pak, " kata Ny. Patriacia kepada
polisi yang memeriksanya.

AMBIL PAKAIAN
Nyonya Susan menjelaskan peristiwa tragis ini. Siang itu, pukul 13:45, ia
naik ke loteng rumah untuk mengambil jemuran. Sebelum naik, istri Ahmad
Junaedi ini meletakan Amel di anak tangga. " Saya tidak mengajak Amel ke
loteng karena ada anjing di loteng. Anjing itu kelihatannya liar, " kata
Ny.. Susan.

Sewaktu mengambil pakaian yang dijemur di loteng , wanita asal Rangkas
Bitung, Banten, menyaksikan bagaimana putrinya digigit anjing milik
majikannya. "Anjing itu menggigit leher anak saya dan membawanya ke loteng.
Saya berteriak-teriak . Anak saya baru terlepas dari gigitan setelah
ditolong anak majikan," ujar istri.

Mengetahui putrinya terluka di leher dan kepala, Ny. Susan langsung memeluk
dan membawanya ke RSUD Cengkareng. Ayah Amel, Ahmad Junaedi yang bekerja
sebagai awak bis, ketika datang ke kamar jenazah rumah sakit hanya bisa
memeluk mayat putrinya.

Nyonya Patriacia mengatakan, siang itu sehabis mengambil ijazah anaknya
Kenya Zulian di SMU Al Huda Cengkareng, ia langsung pergi ke rumah
saudaranya. Di rumah hanya ada pembantu dan anaknya Amel serta Kenya Zulian.
Remaja inilah yang menolong melepaskan putrid Susan dari gigitan anjing
piaraannya.

Dijelaskan Patriacia, setiap harinya anjing itu sebenarnya jinak. Bahkan
yang rajin memberinya makan adalah Susan. Tapi pada hari naas itu, Susan
lupa memberi makan karena banyak pekerjaan. Mungkin karena lapar anjing itu
menjadi buas.

Kapolres Jakarta Barat, Kombes Dr Iza Fadri yang dihubungi Pos Kota, Rabu
petang, menyatakan kasus ini tetap ditangani secara professional oleh Polsek
Cengkareng. "Pemilik anjing diminta keterangan. Meskipun keluarga korban
menolak anaknya diotopsi, tapi polisi tetap meminta visum luar dari dokter,"
ujar Iza Fadri.

AMBIL ANJING
Menanggapi adanya anjing menggigit balita hingga tewas, Edi Setiarto, Kepala
Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Pemda DKI Jakarta, menegaskan,
pihaknya akan mengambil anjing tersebut untuk di bawa ke Pusat Observasi
Rabies Ragunan. "Pemilik wajib menyerahkan anjing tersebut," katanya.

Edy mengakui memelihara anjing di Jakarta tidak harus memiliki izin. Hanya
saja sesuai dengan Perda tentang Pemeliharaan Hewan Rentan Rabies, bila
memelihara anjing harus divaksin rabies. Langkah ini sejalan dengan Jakarta
yang bebas rabies.

Selain harus divaksin,anjing tidak boleh diliarkan, sehingga tidak
membahayakan orang lain. "Bila anjing itu menggigit maka pemiliknya harus
bertanggung- jawab.. Yang jelas anjing itu akan kami ambil untuk
diobservasi," tandasnya.

AKP DEWI: ROOTWEILLER GANAS
Anjing jenis Rootweiller termasuk hewan ganas dan pendendam. Seharusnya
pemilik anjing tidak melepas begitu saja hewan peliharannya dan harus
mengenal betul jenis, sifat dan karakteristik hewan yang dipeliharanya.

"Ada beberapa faktor kenapa anjing ini menjadi sadis dan buas, bisa karena
pengaruh obat, terlambat vaksinasi dan sakit, atau terlambat memberi makan
sehingga ia lapar," jelas Kanit Satwa Polda Metro Jaya, AKP Dewi yang
dihubungi Pos Kota. Ia terkejut mendengar peristiwa Rootweiller membunuh
balita.

Tapi menurut Dewi bisa juga awalnya Rootweiller itu mengajak bercanda. Hanya
saja ketika ia menggigit balita dan mencium bau darah, sifat buasnya muncul.


"Kalau Rootweiller sudah menyerang dengan buas, hampir bisa dipastikan suatu
saat dia akan menyerang lagi. Jadi mohon maaf, lebih baik anjing itu
dieksekusi saja."

Rootweller milik Ny Patricia yang membunuh balita, temasuk tua karena sudah
berusia 7 tahun dan seharusnya sudah penurut.

Diuraikannya, jenis anjing asal Jerman itu pantang disakiti karena ia akan
ingat betul dengan orang atau hewan yang menyakitinya lalu balas dendam.
"Begitu sadisnya, Rootweiller akan membanting-banting orang atau hewan yang
digigitnya dan tak akan melepas gigitannya sebelum yang digigitnya itu diam
tak bergerak," kata Dewi yang sudah tiga tahun menjadi Kanit Satwa dan
mengawasi 25 anjing pelacak berbagai jenis ini.

HARUS DIIKAT
Rootweiller jangan diberi daging mentah karena akan makin buas, hanya diberi
dog food sehari dua kali. Anjing ini punya sifat penyerang, karena itu
seharusnya diikat terlebih bila tuannya tak ada di rumah. Untuk menjinakkan
saat ia menggigit, matanya disemprot air sehingga gigitannya akan mengendur.


Banyak jenis anjing yang dipelihara warga entah untuk kepentingan menjaga
rumah atau karena hobi. Bila sekedar hobi, lanjut Dewi lebih baik memilih
anjing jenis lain seperti Golden atau Buldog. "Bentuk dan wajah Buldog
memang buruk, tapi dia justru baik dan dekat dengan anak-anak."

Dipesankan Dewi, bagi warga yang memelihara hewan jenis apa saja harus
mengenal betul sifat dan karakteristik hewan yang dipeliharanya agar tidak
membahayakan

0 comments: