anjing yang setia

Sunday 6 July 2008

Anjing Yang Setia

Dikisahkan, di sebuah dusun tinggallah keluarga petani yang memiliki
seorang anak masih bayi. Keluarga itu memelihara seekor anjing yang
dipelihara sejak masih kecil. Anjing itu pandai, setia, dan rajin
membantu si petani. Dia bisa menjaga rumah bila majikannya pergi,
mengusir burung-burung di sawah dan menangkap tikus yang berkeliaran
di sekitar rumah mereka. Si petani dan istrinya sangat menyayangi
anjing tersebut.

Suatu hari, si petani harus menjual hasil panennya ke kota. Karena
beban berat yang harus di bawanya, dia meminta istrinya ikut serta
untuk membantu, agar secepatnya menyelesaikan penjualan dan sesegera
mungkin pulang ke rumah. Si bayi di tinggal tertidur lelap di ayunan
dan dipercayakan di bawah penjagaan anjing mereka.

Menjelang malam setiba di dekat rumah, si anjing berlari menyongsong
kedatangan majikannya dengan menyalak keras berulang-ulang,
melompat-lompat dan berputar-putar, tidak seperti biasanya. Suami
istri itu pun heran dan merasa tidak tenang menyaksikan ulah si anjing
yang tidak biasa. Dan Betapa kagetnya mereka, setelah berhasil
menenangkan anjingnya卆 staga, ternyata moncong si anjing berlumuran
darah segar.
揕ihat pak! Moncong anjing kita berlumuran darah! Pasti telah terjadi
sesuatu pada anak kita!?teriak si ibu histeris, ketakutan, dan mulai
terisak menangis.
揌a卋 enar! Kurang ajar kau anjing! Kau apakan anakku? Pasti telah kau
makan!?si petani ikut berteriak panik.

Dengan penuh kemarahan, si petani spontan meraih sebuah kayu dan
secepat kilat memukuli si anjing itu dan mengenai bagian kepalanya.
Anjing itu terdiam sejenak. Tak lama dia menggelepar kesakitan,
memekik perlahan dan dari matanya tampak tetesan airmata, sebelum
kemudian ia terdiam untuk selamanya.

Bergegas kedua suami istri itu pun berlari masuk ke dalam rumah.
Begitu tiba di kamar, tampak anak mereka masih tertidur lelap di
ayunan dengan damai. Sedangkan di bawah ayunan tergeletak bangkai
seekor ular besar dengan darah berceceran bekas gigitan.

Mereka pun segera sadar bahwa darah yang menempel di moncong anjing
tadi adalah darah ular yang hendak memangsa anak mereka. Perasaan
sesal segera mendera. Kesalahan fatal telah mereka lakukan. Emosi
kemarahan yang tidak terkendali telah membunuh anjing setia yg mereka
sayangi. Tentu, penyesalan mereka tidak akan membuat anjing kesayangan
itu hidup kembali.

Pembaca yang budiman,
Sungguh mengenaskan. Gara-gara emosi dan kemarahan yang membabi buta
dari ulah manusia, seekor anjing setia yang telah membantu dan membela
majikannya, harus mati secara tragis.

Saya rasa demikian pula di kehidupan ini. Begitu banyak permasalahan,
pertikaian, perselisihan bahkan peperangan, muncul dari emosi yang
tidak terkontrol. Karena itu, saya sangat setuju dengan kata-kata: 擩
angan mengambil keputusan apapun disaat emosi sedang melanda.?Sebab,
bila itu yang dilakukan, bisa fatal akibatnya. Sungguh, kita butuh
belajar dan melatih diri agar disaat emosi, kita mampu mengendalikan
diri secara sabar dan bijak.

0 comments: